May 30, 2023

BUMN Ini Bikin Pabrik Pelet Kayu untuk Pembangkit Listrik Rp 40 M

PT Energy Management Indonesia (EMI) mendirikan pabrik pelet kayu atau ‘wood pellet’ di Purworejo, Jawa Tengah. Peletakan batu pertama atau pembangunan pabrik pembangkit listrik wood pelet ini dilaksanakan hari ini.

Acara tersebut dihadiri oleh Bupati Purworejo, Mahsun Zain, Direktur Utama EMI Aris Yunanto, dan para pejabat daerah.

Peresmian pembangunan yang berlokasi di Jl. Ringroad Barat Kelurahan Sucenjuru Tengah, Purworejo ini ditandai bersama dengan peletakan batu pertama oleh Aris dam Mahsun yang disaksikan pejabat tempat setempat dan juga tokoh masyarakat.

Dalam sambutannya, Aris mengatakan, pabrik yang ditargetkan beroprasi terhadap pertengahan th. 2016 ini dibangun untuk usaha penghematan dan mempersiapkan kekuatan alternatif yang ramah lingkungan.

Menurut Aris, product dari limbah industri pengolahan kayu di Kedu Selatan, kayu kaliandra dan glirsidia (pohon Gamal) ini mampu dipakai sebagai pengganti kekuatan batu bara.

“Ini (pendirian pabrik pembangkit listrik wood pelet) sebagai usaha EMI didalam membantu program pemerintah didalam perihal efisiensi sumber kekuatan kekuatan dan kekuatan baru terbarukan,” kata Aris, di lokasi seperti dikutip dari siaran pers, Minggu (4/10/2015) wood pellet manufacturers .

Pabrik yang didirikan terhadap lahan seluas 10 hektar ini, nantinya mampu memproduksi 36.000 ton pelet kayu per tahun. Potensi pelet kayu ini jika dikonversikan menjadi pembangkit listrik mampu menghasilkan listrik sekurang-kurangnya 5 megawatt (MW), dijelaskan Satrio Astungkoro, Direktur PT Energi Biomasa Indonesia, anak usaha EMI yang akan mengoperasikan pabrik wood pellet.

Berbeda bersama dengan batu bara biasa, pelet kayu ini miliki kalori menggapai 4.800 kilo kalori (kkal). Bahkan jika dilengkapi menjadi arang aktif atau bio car coal kalorinya mampu menggapai 7500 kkal. Aris menerangkan sejumlah keistimewaan wood pellet dibandingkan batu bara.

“Limbah batu bara juga kategori B3 atau beresiko sementara abu wood pellet mampu langsung diaplikasikan ke tanah sebagai pupuk. Batu bara kesulitan dibakar dan jika telah terbakar kudu sampai habis dan mati. Wood pellet sama seperti kayu bakar, tetapi tingkat kalorinya sama seperti batu bara. Bisa dimatikan jika tidak dipakai, dan dibakar lagi,” terang Aris.

Lebih lanjut dikatakan Aris, bahan baku wood pellet yang bagus adalah kayu keras, seandainya kaliandra merah (Caliandra callothyrsus). Tanaman ini mampu dikatakan ‘bandel’ lantaran mampu hidup di lahan bersama dengan persentase air terlalu rendah sampai di tanah subur. Juga tumbuh di ketinggian lahan rendah seperti lebih kurang pantai, sampai jauh di atas permukaan laut seperti gunung atau pebukitan.

“Kaliandra merah juga mampu menyuburkan tanah melalui fiksasi nitrogen didalam tanah. Tinggi pohon kaliandra merah hanya 2,5 mtr. sampai 3 meter. Pohon ini miliki diameter 10 cm. Kalau mau lebih bagus lagi, dibikin menjadi arang dulu agar kalorinya setara bersama dengan 7000-7500 kal. Itu setara bersama dengan batu bara kelas paling baik dan tidak memicu polusi, baik terhadap penggunaan product maupun limbah abunya” ujar Satrio.

Bahan baku untuk memproduksi wood pellet ini didatangkan dari lebih kurang lokasi Purworejo sampai Wonosobo, Magelang, Kebumen, sampai Banyumas. Warga Purworejo juga mampu berpartisipasi sebagai penyuplai bahan baku tersebut. Dalam jalankan aktivitas produksi, EMI mengerahkan tenaga-tenaga terlatih dan professional, dan juga dapat dukungan peralatan yang terbaik.

Investasi yang disiapkan untuk membangun pabrik bahan bakar alternatif dan terbarukan yang ramah lingkungan ini menggapai Rp 40 miliar. Meski demikian, Aris tak risau soal pasar.

Sebab, penggunaan pelet kayu sebagai bahan bakar telah umum di sebagian negara. Ia memberi contoh, selain perusahaan pembangkit listrik, industri makanan dan minuman di didalam negeri juga telah memesan pelet kayu sebagai bahan bakarnya.

“Karena ini (pelet kayu) adalah bio massa yang berarti tidak memicu polusi dan ramah lingkungan, agar bagus untuk industri makanan minuman,” ucap Aris.

Karena itu, pelet kayu buatan EMI ini akan menyasar pasar ekspor, khususnya Jepang dan Korea Selatan. Selain itu, perusahaan plat merah ini memiliki rencana menggunakan pelet kayu tersebut untuk memproduksi listrik sendiri. EMI rencananya akan mengembangkan usaha pembangkit listrik berkapasitas 5 MW–10 MW di sebagian lokasi di Indonesia

Zain mengapresiasi berdirinya pabrik pelet kayu EMI di wilayahnya. Menurut Zain, banyak kegunaan yang akan dirasakan dari berdirinya pabrik punya BUMN yang bergerak di bidang Konversi dan Konservasi Energi dan air tersebut.

Misalnya, mengakses lapangan kerja baru untuk warga sekitar, sekaligus menambah aktivitas ekonomi penduduk sebagai pengumpul kaliandra

“Kita mampu merasakan banyak kegunaan dari berdirinya pabrik ini. Ini juga seiring bersama dengan program pemerintah,” kata Zain.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *